Cerita Persahabatanku



TAMM

Kring… kring… kring… kring…
Alarm dari handphone berbunyi, yang menandakan pukul 04.30 pagi, tepat berada didekat kepala saya yang berbunyi begitu kencang, sehingga tidak bisa melanjutkan tidur yang nyenyak. Kemudian saya terbangun dan mematikan bunyi alarm tersebut. Melihat handphone masih jam 04.30 pagi, saya masih santai terbaring-baring di kasur yang empuk dan nyaman, sehingga tidak terasa kalau saya sudah tertidur sebentar selama kurang-lebih 10 menit, lalu tiba-tiba terbangun dengan sendirinya sambil melihat jam di handphone sudah pukul 04.40 pagi. Saya langsung terbangun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi untuk mempersiapkan solat subuh berjama’ah.
Tidak lupa membangunkan saudara-saudara  saya yang masih tertidur pulas untuk mengajak mereka solat subuh berjama’ah.
Sekitar jam 05.30 pagi, saya mengecek kembali persiapan sekolah didalam kamar. Sambil berbicara dengan sendirinya, “sudah lengkap belum ya? masih ada yang kurang atau tidak ya?, alhamdulillah ternyata sudah lengkap semua barang-barang yang harus dibawa ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) nanti”, seperti buku tulis kosong, pensil, penghapus pensil, pulpen, penghapus pulpen dan lain-lain, yang sebelumnya sudah saya siapkan dari tadi malam untuk mengawali awal masuknya Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk yang pertama dan yang terakhir kalinya, Aamiin, sambil tersenyum-senyum dengan sendirinya. Tiba-tiba ibu memanggil, “Tama sudah disiapkan belum barang-barang yang mau dibawa ke sekolah?”, lalu saya menjawab dengan keceriaan, “alhamdulillah sudah bu”, “yasudah, baguslah, ayo makan dulu setelah itu mandi, sudah jam enam kurang lima belas menit”, kata ibu yang mengingatkan saya untuk mandi lalu makan sebelum berangkat sekolah nanti. “iya ibu cantik”, saya menjawab dengan senyuman dan sedikit tertawa kecil sambil bergegas untuk melakukan apa yang disuruh ibu tadi.
Setelah makan dan mandi, saya langsung bersiap-siap untuk menuju ke sekolah baru, seperti memakai baju seragam sekolah baru, tas baru, sepatu baru, kaos kaki baru, semuanya serba baru. Tidak lupa sebelum berangkat sekolah saya berpamitan terlebih dahulu, seperti salim dan salam kepada ibu, adik, dan kakak-kakakku. Karena hari pertama masuk sekolah, jadi berangkat sekolah diantar sama ayah saya, dengan menggunakan sepeda motor . kira-kira dari rumah ke sekolah kurang-lebih 0,5 kilo meter. Sekitar lima menit dari rumah ke sekolah dengan menggunakan sepeda motor.
Sesampai di sekolah baru tepat pukul 06.45 pagi, ayah langsung memarkirkan sepeda motornya dengan santai, lalu saya dan ayah melihat-lihat keadaan sekolah ini yang bersih dan asri sambil menunggu bel masuk sekolah, lalu saya dan ayah duduk-duduk di kursi yang terbuat dari besi dan aluminium yang terdapat bantal dibagian duduknya dan senderannya, tepat berada didepan kelas yang bersih, rapi, dan indah.
Teeet… teeet… teeet…
Bunyi bel sekolah sudah berbunyi, seluruh peserta didik baru berkumpul di lapangan sekolah yang tepat berada ditengah-tengah sekolah ini. Saya dan ayah langsung menuju ke lapangan sekolah melewati tangga karena di sekolah ini bertingkat tiga. Sesampai di lapangan sekolah, saya bingung mau kemana karena belum memiliki teman. Saya melihat-lihat disekeliling, ternyata ayah sedang berbincang-bincang dengan seorang ibu bersama anak perempuannya yang memakai baju seragam sekolah sama seperti saya. Lalu ayah menyuruh saya berkumpul di lapangan bersama anak perempuan itu. Saya langsung salim dan salam sama ayah sebagai tanda berpamitan ingin menuju ketengah-tengah lapangan mengikuti anak-anak yang lainnya bersama teman baru. Sambil menuju tengah lapangan kita berkenalan, “hai, aku Melvy. Kamu?”, anak perempuan itu memulai perkenalan dengan ramah. “hai juga, aku Tama”, saya menjawab dengan ramah juga, sambil berbicara dalam hati, “ternyata anak ini namanya Melvy, semoga menjadi teman dekat, aamiin”.
“Perhatian-perhatian seluruh siswa-siswi peserta didik baru harap berkumpul didepan kakak dengan rapi”, kata kakak-kakak yang berada didepan lapangan sambil berteriak untuk memberi arahan kepada peserta didik baru di Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini. Saya langsung bergegas membentuk barisan yang ada didekat saya, lalu seluruh peserta didik baru dipersilahkan duduk di lapangan dengan rapi oleh kakak yang berada didepan lapangan tadi. Melihat-lihat sekeliling teman-teman baru, saya melihat ada temen Sekolah Dasar (SD) yang masuk ke sekolah ini juga, sama seperti saya. Satu orang perempuan dan dua orang laki-laki yaitu Afifah, teman waktu saya Sekolah Dasar (SD), walaupun tidak pernah satu kelas tetapi Afifah ramah kepadaku, begitu pula sebaliknya. Kemudian aku juga melihan Yudis, yang terkenal bandelnya dan Rusdi, yang terkenal pintar, mereka juga teman waktu Sekolah Dasar (SD) dulu. Tidak disangka yang tadinya saya melihat mereka sedikit ragu kalau itu mereka, ternyata memang benar itu mereka teman Sekolah Dasar (SD) saya dulu. Ternyata kami semua (peserta didik baru) di persilahkan duduk oleh kakak-kakak ini, karena dia ingin mengabsen satu-persatu dari perserta didik baru yang sedang duduk ditengah lapangan, lalu membagi menjadi beberapa kelompok. Sebelum itu, kakak-kakak itu ingin memperkenalkan dirinya masing-masing. Ada beberapa kakak-kakak yang berada didepan peserta didik baru, yaitu: ka Imron, ka Arni, ka Tari, ka Via, ka Witri, ka Candra, ka Rio dan lain-lain. Setelah terbagi menjadi beberapa kelompok, tadinya saya berdo’a mudah-mudahan bisa satu kelompok bersama Melvy dan Afifah, Aamiin. Entah tidak tahu kanapa saya ingin satu kelompok dengannya. Ternyata alhamdulillah do’a saya terkabul, saya satu kelompok sama mereka (Afifah dan Melvy). Kami masuk kedalam kelompok dua. Ka Imron menyuruh ka Tari menjadi mentor di kelompok saya, yaitu kelompok dua. Kemudian kakak-kakak mentor dan panitia disuruh membimbing peserta didik barunya masing-masing, sesuai dengan apa yang telah disuruh oleh ka Imron.
Kemudian ka Tari, memberi arahan ke kelompok saya, yaitu mulai besok seluruh peserta didik baru melaksanakan kegiatan mos yang sudah secara rutin dilakukan oleh peserta didik yang baru masuk ke sekolah ini, setelah itu kelompok saya disuruh membawa barang-barang yang disuruh oleh ka Tari, yaitu dengan berbagai macam makanan dan minuman yang aneh-aneh. Ternyata itu semua tebak-tebakan, seluruh siswa harus bisa membawa barang-barang yang disuruh oleh kakak mentor atau panitianya masing-masing. Seperti nasi suci, telur tentara, orang-orang pada suka, monyet-monyet gila, dan lain-lainnya, lalu kami bercanda-canda, dan berbincang-bincang bersama ka Tari sambil memperkenalkan diri kami masing-masing.
Tiba-tiba ka Imron yang berada didepan lapangan, tepat didepan para peserta didik baru, dia berteriak memanggil semua peserta didik baru dan para mentor atau panitianya, “perhatian-perhatian kepada seluruh peserta didik baru, besok jangan lupa membawa barang-barang yang telah disuruh oleh kakak mentor dan panitianya masing-masing, bagi siswa-siswi yang belum paham silahkan tanyakan langsung kepada mentor atau panitia kalian masing-masing, lalu kita semua tutup perjumpaan hari ini, kurang lebihnya saya mohon maaf, Wassalamu’alaikum Wr. Wb”. Semua peserta didik baru dan kakak panitia atau mentor menjawab salam ka Imron, “Wa’alaikumsalam Wr. Wb”. Setelah itu semuanya meninggalkan lapangan dan menuju rumahnya masing-masing, begitu pula dengan saya yang pulang bersama ayah, yang sepertinya sudah dari tadi ayah menunggu saya. Lalu saya bertanya, “ayah udah nunggu dari tadi yah?”, “iya, kan ayah dari tadi tidak pulang”. Kata ayah yang sedang menunggu saya dari tadi dibawah pohon yang teduh dan sudah bersama sepeda motornya. “yaudah yuk yah kita pulang”, kata saya lagi yang mengakhiri percakapan sebentar ini.
Sore harinya …
Tepat jam empat kurang tiga puluh menit, saya mulai mempersiapkan barang-barang yang aneh-aneh itu, yang telah disuruh oleh ka Tari tadi di sekolah untuk besok hari. Lalu saya bertanya sama adik, kakak-kakak saya, ibu dan ayah tentang barang-barang itu. Memulai bertanya dengan ibu, “bu, nasi suci itu apa?” ibu menjawab, “itu nasi putih nak”, “kalau telur tentara apa bu?”, saya bertanya kembali. “Itu ibu tidak tahu nak, coba tanya sama ayah”, jawab ibu. Lalu saya bertanya sama ayah, “Ayah tahu tidak, telur tentara itu apa?”, lalu ayah menjawab yang tadinya sedang membaca Koran, “oh telur tentara, kalau tidak salah itu telur puyuh”, ibu menyambung percakapan, “iya benar tuh nak kata ayah, itu telur puyuh, kan kulitnya seperti baju tentara”. Saya menjawab, “oh begitu ya yah, bu, besok Tama disuruh bawa itu bu, sama yang lainnya”. “Yaudah disiapkan dari sekarang apa-apa saja yang mau dibawa besok, kalau tidak tahu tanya kakak atau temen-temen yang lain”, jawab ibu, “iya bu”, balas saya.
Kring… kring… kring…
Suara handphone berbunyi dari dalam kamar, lalu saya menuju kamar. Ternyata itu bunyi telepon dari Afifah dan saya langsung mengangkatnya, “halo assalamu’alaikum Afifah”, “wa’alaikumsalam Tama”, jawab Afifah, “ada apa ya fah?” tanya saya lagi, saya dan Afifah pun bercakap-cakap melalui handphone mengenai barang-barang yang harus dibawa besok, Alhamdulillah setelah percakapan melalui handphone dengan Afifah tadi, saya mendapatkan jawaban barang-barang yang harus dibawa besok, yaitu seperti orang-orang pada suka itu ternyata makanan oops, lalu monyet-monyet gila itu ternyata makanan momogi dan masih banyak lagi yang sudah tau jawabannya dan siap untuk dibawa besok hari.
Keesokkan harinya tiba di sekolah ...
Semua para peserta didik baru berkumpul seperti kemarin di lapangan sekolah bersama kakak mentor dan panitianya masing-masing. Lalu mereka berbaris dengan rapi sesuai arahan mentor atau panitianya dan mereka memberi barang-barang yang kemarin disuruh bawa ke mentor atau panitianya masing-masing. Lalu saya melihat ada anak perempuan yang kurus sedang bersedih, ternyata dia tidak membawa salah satu barang-barang yang disuruh bawa kemarin, dia tidak bawa momogi karena tidak bisa menebak jadinya dia tidak membawanya, kebetulan saya membawa momogi lebih lalu saya memberinya satu. Setelah itu kita berkenalan dan dia bernama Mega. Ternyata kakak mentor dan panitia ini ada yang kelas delapan dan sembilan, yang kelas Sembilan seperti ka Tari, ka Arni, Ka via dan lain-lain, sedangkan yang kelas delapan seperti ka Witri, ka Candra, ka Rio dan yang lainnya. Kelompok saya ketuanya Melvy, teman baru yang pertama kali bertemu di lapangan kemarin.
Kegiatan mos ini berlangsung selama satu minggu dengan berbagai macam kegiatan seperti mendapat arahan dari kepala sekolah dan wakilnya, berlomba-lomba dalam berbagai macam permainan, dan tidak lupa disuruh bawa barang-barang yang aneh-aneh setiap harinya, dan masih banyak kegiatan yang seru-seru, menyebalkan dan mengasyikkan bersama kakak-kakak mentor dan panitia yang membimbing kami semua (para peserta didik baru).
Tiba diujung hari terakhir mos tepat pada hari Sabtu, seluruh siswa menginap di sekolahan selama satu malam. Pada malam harinya pelepasan barang-barang perlengkapan mos sepeti tas kardus, topi daun, ikat pinggang kaleng dan lain-lainnya yang dibakar, tepat berada ditengah-tengah lapangan dengan api unggun yang membara dimalam hari yang sepi dan sejuk. Sekalian pelepasan kekesalan dari para peserta didik baru kepada kakak mentor atau panitianya yang kurang baik kepadanya. Ternyata kakak mentor atau panitia kurang baik yang terpilih adalah ka Via, jadi para peserta didik baru bebas menghukum ka Via dengan bernyanyi-nyanyi dihadapan kita semua, lalu seluruh kakak mentor dan panitia meminta maaf satu-persatu kepada para peserta didik baru. Setelah seru-seruan bersama, kita semua disuruh berkumpul di aula, yang akan menayangkan sebuah film mengharukan, sehingga semua peserta didik baru menangis tersedu-sedu. Setelah menonton film tersebut barulah seluruh siswa-siswi disuruh tidur. Yang perempuan tidur di aula dan yang laki-laki tidur didalam kelas. Pada saat saya di aula saya tidur bersampingan dengan Afifah, Melvy, dan Mega, mereka teman-teman baru saya yang selalu membuat suasana menjadi mengasyikkan.
Hari Senin paginya…
Seluruh peserta didik baru berkumpul di lapangan bersama kakak kelas yang lainnya dan para guru yang berada ditepi lapangan, semuanya berbaris dengan sangat rapi. Disuruh berkumpul ternyata mau upacara sebagai pelepasan mos yang sudah berlangsung satu minggu kemarin, dengan tambahan menerbangkan balon udara yang awalnya sudah digantung dekat tiang bendera. Setelah diterbangkannya balon udara, seluruh siswa bertepuk tangan dengan meriah. Setelah upacara seluruh siswa disuruh masuk kedalam kelasnya masing-masing .
Tidak disangka ternyata saya satu kelas bersama Afifah, Melvy, dan Mega yang awalnya pada saat mos kita mengawali kebersamaan bersama-sama. Karena sekarang satu kelas sehingga kita menjadi duduk bersama-sama yaitu saya duduk bersama mega, melvy dan Afifah duduk berdua tepat berada didepan saya. Semenjak itu saya, Afifah, Melvy, dan Mega menjadi sering bersama-sama.
Tepat pada tanggal 13 Oktober 2011, kita berempat meresmikan persahabatan kita dan menamainya dengan sebutan TAMM. TAMM ini adalah kepanjangan dari Tama, Afifah, Melvy, dan Mega. Sampai-sampai seluruh siswa mengetahui hal ini bahwa kita berempat bisa dipanggil dengan sebutan TAMM, padahal sebenarnya hanya kita berempat saja yang mengetahui tentang hal ini, tetapi tidak tahu dari mana kalau mereka tahu tentang persoalan ini.
Hari demi hari kita lakukan secara bersama-sama, dari pulang sekolah bareng-bareng, saat istirahat sekolah jajan bareng-bareng tidak lupa saling berbagi, pada saat ada tugas kerja kelompok bareng-bareng dan masih banyak lagi hal-hal yang kita lakukan secara bersama-sama. Sampai-sampai membuat beberapa kelas heboh dengan keberadaan TAMM, terutama dengan Mega yang paling aktiv berkomunikasi, bercanda dengan yang lainnya. Kitapun saling bercerita bila ada masalah, selalu ada saja solusinya. Dari tentang diri sendiri, tentang keluarga, teman-teman, dan bahkan tentang percintaan yang biasanya disebut cinta monyet. Tidak ada rahasiaan diantara kita, sehingga kita bisa menjalin hubungan TAMM ini dengan sebaik-baik mungkin.
Pada suatu hari, saat istirahat …
Salah satu dari kita ada yang menangis yaitu Mega entah tidak tahu apa penyebabnya. Tiba-tiba Melvy menyusul menangis juga, lalu saya pun ikut menangis entah tidak tahu juga apa penyebabnya tiba-tiba menangis dengan sendirinya, kemudian Afifah juga ikut menangis. Semua teman bertanya-tanya “kenapa TAMM pada menangis?” salah satu dari kitapun tidak ada yang menjawab pertanyaan itu, karena masih menangis dengan tersedu-sedu, sampai berhentipun dengan sendirinya juga. Kita berempat saling bertanya-tanya “mengapa tadi kita semua menangis ya?”, salah satu dari kita berpendapat “mungkin apa karna kita semua sudah sehati ya?”, yang lainnya menjawab, “entahlah, mungkin bisa jadi”, semuanya sambil tertawa kecil. Setelah itu kitapun berbicara seperti biasanya mengobrol sambil melawak dengan teman yang lainnya.
Keesokkan harinya …
Mega tidak masuk sekolah karena sakit, rasanya TAMM sepi sekali tidak ada Mega hari ini. Karena biasanya Mega membuat hari-hari kita lebih seru dengan suara khasnya. Terasa tidak lengkap TAMM tidak ada Mega. Begitupun pada saat tidak ada Afifah, Melvy dan saya, atau tidak ada salah satu dari kita. Satu kelaspun merasa kesepian apalagi kita yang teman dekatnya merasa kesepian sekali. Benar-benar sangat sepi kalau TAMM tidak bersama-sama.

Besok harinya…
kita saling berbicara satu sama yang lain didalam kelas, “kalau tidak ada dari salah satu dari kita rasanya tidak lengkap, tidak seru dan lain-lainnya yang tidak mengasyikkan”. Masing-masing dari kitapun bisa merasakannya juga, kemudian kitapun mendapatkan solusinya. Setelah itupun kita seperti semula mebuat lelucon untuk TAMM maupun teman sekelas yang memerhatikan kita berempat.
Pada saat ujian…
Saat ujianpun TAMM satu kelas ruangannya, bahkan tidak disangka, dan tidak sengaja, ternyata tempat duduk ujian TAMM membentuk inisial T yaitu menandakan TAMM. Tempat duduknya seperti ini, saya dibagian belakang ujung kanan, Melvy dibagian belakang ujung kiri, lalu Mega ditengah-tengah saya dan Melvy, tepatnya di barisan yang tengah dan Afifahpun tepat berada didepan Mega. Sehingga membentuk inisial T yaitu TAMM. “Luar biasanya TAMM”, perkataan TAMM.
Pada saat kelas 8…
Pagi hari yang cerah dan badan yang sehat, mengawali kegiatan belajar mengajar di kelas 8. “Sekarang TAMM sudah menjadi kakak kelas” percakapan yang diawali oleh saya, “iya benar ya, tidak terasa satu tahun telah berlalu begitu cepat”, kata Melvy, sambil melihat-lihat peserta didik baru yang akan menjadi adik kelas, yang sedang melakukan kegiatan mos. Seperti sebelumnya saya dan teman-teman se-angkatan mengawali Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan kegiatan mos seperti adik-adik baru ini yang sekarang giliran mereka yang sedang mengikuti kegiatan mos.
Sebelum dibagikan kelas, seluruh siswa-siswi disuruh berkumpul dilapangan yang akan mengadakan upacara, yang seperti biasa Hari Senin pagi melakukan kegiatan upacara untuk setiap siswa dan para guru. Upacara ini tentang para peserta didik baru yang mengawali mosnya. Setelah upacara saya dan teman-teman menuju ruang kelas, diperjalanan menuju ruang kelas TAMM berdo’a, “berharap mudah-mudahan TAMM sekelas lagi ya, aamiin”.
Sesampai didepan kelas, ternyata terdapat kertas putih yang menempel disetiap kelas. TAMM mencari namanya masing-masing memulai dari kelas 8.1, yang ternyata ada nama saya, Afifah, Melvy dan Mega. Alhamdulillah do’a kita terkabul. Lalu kita melihat lagi kertas yang berada di jendela kelas 8.1 berisi nama-nama dan nilainya juga yang sudah dipilih masuk ke kelas 8.1 . Ada tiga puluh dua siswa dan siswi yang terdiri dari gabungan sebagian kelas 7.1 dan 7.2 saat di kelas tujuh tahun kemarin. Setelah melihat-lihat kertas yang terdapat di jendela, TAMM langsung memasuki kelas barunya yaitu kelas 8.1. Lalu kita duduk seperti biasa di kelas tujuh kemarin yaitu TAMM duduk bersama-sama. Kali ini berubah tempat duduknya yaitu saya duduk bersama Melvy, Afifah dan Mega duduk berdua tepat di belakang saya dan Melvy.
Hari-hari berikutnya…
Hari demi hari, belakangan ini Mega sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan yang jelas, sudah hampir sepuluh kali Mega tidak ada keterangannya. Bahkan ada laporan dari kepala sekolah, kalau Mega sudah sepuluh kali tidak masuk sekolah tanpa keterangan, dia bisa dikeluarin dari sekolah ini. Betapa sedihnya saya, Afifah dan Melvy mendengar itu, “mudah-mudahan tidak terjadi”, do’a saya. “Aamiin” balas Afifah dan Melvy. Lalu kami mencari tahu kabar tentang Mega ke rumahnya, lalu kami bercakap-cakap tentang keberadaan di sekolah dan tentang absennya Mega yang sudah alfa hampir sepuluh hari, Mega sempat tidak menyangka, padahal Mega sedang sakit tapi dia tidak memberi tahu pihak sekolah maupun ke saya, Afifah dan Melvy. Itulah penyebannya Mega tidak hadir kesekolah belakangan ini karena sakit yang berhari-hari.
Tiba saat suatu hari…
Mega kembali masuk ke sekolah, suasana di sekolah menjadi aneh dengan keberadaannya. Megapun merasa kesepian, merasa semua teman sekelasnya pada menjauhinya. Bahkan saya, Afifah dan Melvy tidak menemaninya. Afifahpun menjadi duduk bersama Hanun, jadi Mega duduk sendiri dibelakang. Ternyata satu kelas telah sepakat bahwa mau mengerjain Mega, yaitu saat Mega masuk, kami semua sepakat menjauhi Mega selama satu hari. Setelah itupun kita sepakat seperti semula kembali di kelas tujuh yaitu mengobrol, seru-seruan bersamanya. Seharian telah berlalu, saya, Afifah dan Melvy melihat Mega dari kejauhan yang merasa sangat kesepian sekali. Lalu saya, Afifah dan Melvy berharap Mega memaafkan kita semua yang telah membuat Mega hari ini merasa kesepian, padahal hari ini pertama kalinya Mega masuk kembali ke sekolah ini, yang sebelumnya tidak ada kabar dari Mega selama berhari-hari.
Keesokkan harinya …
Mega tidak masuk ke sekolah. Begitupula  hari-hari berikutnya, Mega tidak pernah masuk lagi ke sekolah. Satu kelas menjadi merasa bersalah sama Mega karna telah mengerjainnya selama satu hari itu, padahal hanya sehari tetapi sepertinya Mega tidak mau sekolah disini lagi. Mendapat kabar dari kepala sekolah, ternyata Mega pindah sekolah ke tempat yang dekat dari rumahnya. Saya. Afifah, dan Melvy bersedih sekali Mega memilih pindah sekolah, kamipun sangat merasa bersalah sekali sama Mega yang nama panjangnya Mega Fadhilah. Satu kelaspun merasa sedih Mega sudah tidak bersekolah disini lagi, apalagi ditambah Mega pindah dari sekolah bisa jadi karena habis di kerjain satu kelas, kamipun bener-bener sangat bersalah.
Hari demi hari yang telah berlalu…
Saya, Afifah dan Melvy masih merasa kesepian tidak ada Mega di sekolah ini. Lalu saya dan Afifah mendatangi rumahnya Mega hampir setiap minggunya. Sambil berbincang-bincang, ternyata memang benar Mega pindah sekolah karena dikerjain satu kelas jadinya dia memilih untuk pindah sekolah. Tidak lupa amanat dari teman-teman untuk memohon maaf sama Mega yang sudah membuat Mega sedih. Yang paling sedih adalah saya, Afifah dan Melvy serasa mau mengulang kembali kejadian itu tetapi tidak bisa, kita membuat kesalahan yang fatal, sangat menyesal sekali karena telah membuat Mega menjadi sedih dan akhirnya dia memilih untuk pindah sekolah. Tidak lupa Kita (saya, Afifah dan Melvy) meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada Mega Fadhilah, yaitu sahabat terbaik. Lalu Mega berbicara, “yasudahlah, yang lalu biarlah berlalu”. Lama-kelamaan kitapun mulai terbiasa tanpa adanya Mega.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ceramah Pentingnya Shalat

Dick Gelael