Cerita Persahabatanku
TAMM
Kring…
kring… kring… kring…
Alarm
dari handphone berbunyi, yang menandakan pukul 04.30 pagi, tepat berada didekat
kepala saya yang berbunyi begitu kencang, sehingga tidak bisa melanjutkan tidur
yang nyenyak. Kemudian saya terbangun dan mematikan bunyi alarm tersebut.
Melihat handphone masih jam 04.30 pagi, saya masih santai terbaring-baring di
kasur yang empuk dan nyaman, sehingga tidak terasa kalau saya sudah tertidur
sebentar selama kurang-lebih 10 menit, lalu tiba-tiba terbangun dengan
sendirinya sambil melihat jam di handphone sudah pukul 04.40 pagi. Saya
langsung terbangun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi untuk mempersiapkan
solat subuh berjama’ah.
Tidak lupa membangunkan saudara-saudara saya yang masih tertidur pulas untuk mengajak mereka solat subuh berjama’ah.
Tidak lupa membangunkan saudara-saudara saya yang masih tertidur pulas untuk mengajak mereka solat subuh berjama’ah.
Sekitar
jam 05.30 pagi, saya mengecek kembali persiapan sekolah didalam kamar. Sambil
berbicara dengan sendirinya, “sudah lengkap belum ya? masih ada yang kurang
atau tidak ya?, alhamdulillah ternyata sudah lengkap semua barang-barang yang
harus dibawa ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) nanti”, seperti buku tulis
kosong, pensil, penghapus pensil, pulpen, penghapus pulpen dan lain-lain, yang
sebelumnya sudah saya siapkan dari tadi malam untuk mengawali awal masuknya
Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk yang pertama dan yang terakhir kalinya,
Aamiin, sambil tersenyum-senyum dengan sendirinya. Tiba-tiba ibu memanggil,
“Tama sudah disiapkan belum barang-barang yang mau dibawa ke sekolah?”, lalu saya
menjawab dengan keceriaan, “alhamdulillah sudah bu”, “yasudah, baguslah, ayo
makan dulu setelah itu mandi, sudah jam enam kurang lima belas menit”, kata ibu
yang mengingatkan saya untuk mandi lalu makan sebelum berangkat sekolah nanti.
“iya ibu cantik”, saya menjawab dengan senyuman dan sedikit tertawa kecil
sambil bergegas untuk melakukan apa yang disuruh ibu tadi.
Setelah
makan dan mandi, saya langsung bersiap-siap untuk menuju ke sekolah baru,
seperti memakai baju seragam sekolah baru, tas baru, sepatu baru, kaos kaki
baru, semuanya serba baru. Tidak lupa sebelum berangkat sekolah saya berpamitan
terlebih dahulu, seperti salim dan salam kepada ibu, adik, dan kakak-kakakku.
Karena hari pertama masuk sekolah, jadi berangkat sekolah diantar sama ayah
saya, dengan menggunakan sepeda motor . kira-kira dari rumah ke sekolah
kurang-lebih 0,5 kilo meter. Sekitar lima menit dari rumah ke sekolah dengan
menggunakan sepeda motor.
Sesampai
di sekolah baru tepat pukul 06.45 pagi, ayah langsung memarkirkan sepeda
motornya dengan santai, lalu saya dan ayah melihat-lihat keadaan sekolah ini
yang bersih dan asri sambil menunggu bel masuk sekolah, lalu saya dan ayah
duduk-duduk di kursi yang terbuat dari besi dan aluminium yang terdapat bantal
dibagian duduknya dan senderannya, tepat berada didepan kelas yang bersih,
rapi, dan indah.
Teeet…
teeet… teeet…
Bunyi
bel sekolah sudah berbunyi, seluruh peserta didik baru berkumpul di lapangan
sekolah yang tepat berada ditengah-tengah sekolah ini. Saya dan ayah langsung
menuju ke lapangan sekolah melewati tangga karena di sekolah ini bertingkat
tiga. Sesampai di lapangan sekolah, saya bingung mau kemana karena belum
memiliki teman. Saya melihat-lihat disekeliling, ternyata ayah sedang
berbincang-bincang dengan seorang ibu bersama anak perempuannya yang memakai
baju seragam sekolah sama seperti saya. Lalu ayah menyuruh saya berkumpul di
lapangan bersama anak perempuan itu. Saya langsung salim dan salam sama ayah sebagai
tanda berpamitan ingin menuju ketengah-tengah lapangan mengikuti anak-anak yang
lainnya bersama teman baru. Sambil menuju tengah lapangan kita berkenalan,
“hai, aku Melvy. Kamu?”, anak perempuan itu memulai perkenalan dengan ramah.
“hai juga, aku Tama”, saya menjawab dengan ramah juga, sambil berbicara dalam
hati, “ternyata anak ini namanya Melvy, semoga menjadi teman dekat, aamiin”.
“Perhatian-perhatian
seluruh siswa-siswi peserta didik baru harap berkumpul didepan kakak dengan
rapi”, kata kakak-kakak yang berada didepan lapangan sambil berteriak untuk
memberi arahan kepada peserta didik baru di Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini.
Saya langsung bergegas membentuk barisan yang ada didekat saya, lalu seluruh
peserta didik baru dipersilahkan duduk di lapangan dengan rapi oleh kakak yang
berada didepan lapangan tadi. Melihat-lihat sekeliling teman-teman baru, saya
melihat ada temen Sekolah Dasar (SD) yang masuk ke sekolah ini juga, sama
seperti saya. Satu orang perempuan dan dua orang laki-laki yaitu Afifah, teman
waktu saya Sekolah Dasar (SD), walaupun tidak pernah satu kelas tetapi Afifah
ramah kepadaku, begitu pula sebaliknya. Kemudian aku juga melihan Yudis, yang
terkenal bandelnya dan Rusdi, yang terkenal pintar, mereka juga teman waktu Sekolah
Dasar (SD) dulu. Tidak disangka yang tadinya saya melihat mereka sedikit ragu
kalau itu mereka, ternyata memang benar itu mereka teman Sekolah Dasar (SD)
saya dulu. Ternyata kami semua (peserta didik baru) di persilahkan duduk oleh
kakak-kakak ini, karena dia ingin mengabsen satu-persatu dari perserta didik
baru yang sedang duduk ditengah lapangan, lalu membagi menjadi beberapa
kelompok. Sebelum itu, kakak-kakak itu ingin memperkenalkan dirinya
masing-masing. Ada beberapa kakak-kakak yang berada didepan peserta didik baru,
yaitu: ka Imron, ka Arni, ka Tari, ka Via, ka Witri, ka Candra, ka Rio dan
lain-lain. Setelah terbagi menjadi beberapa kelompok, tadinya saya berdo’a
mudah-mudahan bisa satu kelompok bersama Melvy dan Afifah, Aamiin. Entah tidak
tahu kanapa saya ingin satu kelompok dengannya. Ternyata alhamdulillah do’a
saya terkabul, saya satu kelompok sama mereka (Afifah dan Melvy). Kami masuk
kedalam kelompok dua. Ka Imron menyuruh ka Tari menjadi mentor di kelompok
saya, yaitu kelompok dua. Kemudian kakak-kakak mentor dan panitia disuruh
membimbing peserta didik barunya masing-masing, sesuai dengan apa yang telah
disuruh oleh ka Imron.
Kemudian
ka Tari, memberi arahan ke kelompok saya, yaitu mulai besok seluruh peserta
didik baru melaksanakan kegiatan mos yang sudah secara rutin dilakukan oleh
peserta didik yang baru masuk ke sekolah ini, setelah itu kelompok saya disuruh
membawa barang-barang yang disuruh oleh ka Tari, yaitu dengan berbagai macam
makanan dan minuman yang aneh-aneh. Ternyata itu semua tebak-tebakan, seluruh
siswa harus bisa membawa barang-barang yang disuruh oleh kakak mentor atau
panitianya masing-masing. Seperti nasi suci, telur tentara, orang-orang pada
suka, monyet-monyet gila, dan lain-lainnya, lalu kami bercanda-canda, dan
berbincang-bincang bersama ka Tari sambil memperkenalkan diri kami
masing-masing.
Tiba-tiba
ka Imron yang berada didepan lapangan, tepat didepan para peserta didik baru,
dia berteriak memanggil semua peserta didik baru dan para mentor atau
panitianya, “perhatian-perhatian kepada seluruh peserta didik baru, besok
jangan lupa membawa barang-barang yang telah disuruh oleh kakak mentor dan
panitianya masing-masing, bagi siswa-siswi yang belum paham silahkan tanyakan
langsung kepada mentor atau panitia kalian masing-masing, lalu kita semua tutup
perjumpaan hari ini, kurang lebihnya saya mohon maaf, Wassalamu’alaikum Wr.
Wb”. Semua peserta didik baru dan kakak panitia atau mentor menjawab salam ka
Imron, “Wa’alaikumsalam Wr. Wb”. Setelah itu semuanya meninggalkan lapangan dan
menuju rumahnya masing-masing, begitu pula dengan saya yang pulang bersama
ayah, yang sepertinya sudah dari tadi ayah menunggu saya. Lalu saya bertanya,
“ayah udah nunggu dari tadi yah?”, “iya, kan ayah dari tadi tidak pulang”. Kata
ayah yang sedang menunggu saya dari tadi dibawah pohon yang teduh dan sudah
bersama sepeda motornya. “yaudah yuk yah kita pulang”, kata saya lagi yang
mengakhiri percakapan sebentar ini.
Sore
harinya …
Tepat
jam empat kurang tiga puluh menit, saya mulai mempersiapkan barang-barang yang
aneh-aneh itu, yang telah disuruh oleh ka Tari tadi di sekolah untuk besok
hari. Lalu saya bertanya sama adik, kakak-kakak saya, ibu dan ayah tentang
barang-barang itu. Memulai bertanya dengan ibu, “bu, nasi suci itu apa?” ibu
menjawab, “itu nasi putih nak”, “kalau telur tentara apa bu?”, saya bertanya kembali.
“Itu ibu tidak tahu nak, coba tanya sama ayah”, jawab ibu. Lalu saya bertanya
sama ayah, “Ayah tahu tidak, telur tentara itu apa?”, lalu ayah menjawab yang
tadinya sedang membaca Koran, “oh telur tentara, kalau tidak salah itu telur
puyuh”, ibu menyambung percakapan, “iya benar tuh nak kata ayah, itu telur
puyuh, kan kulitnya seperti baju tentara”. Saya menjawab, “oh begitu ya yah, bu,
besok Tama disuruh bawa itu bu, sama yang lainnya”. “Yaudah disiapkan dari
sekarang apa-apa saja yang mau dibawa besok, kalau tidak tahu tanya kakak atau
temen-temen yang lain”, jawab ibu, “iya bu”, balas saya.
Kring…
kring… kring…
Suara
handphone berbunyi dari dalam kamar, lalu saya menuju kamar. Ternyata itu bunyi
telepon dari Afifah dan saya langsung mengangkatnya, “halo assalamu’alaikum
Afifah”, “wa’alaikumsalam Tama”, jawab Afifah, “ada apa ya fah?” tanya saya
lagi, saya dan Afifah pun bercakap-cakap melalui handphone mengenai
barang-barang yang harus dibawa besok, Alhamdulillah setelah percakapan melalui
handphone dengan Afifah tadi, saya mendapatkan jawaban barang-barang yang harus
dibawa besok, yaitu seperti orang-orang pada suka itu ternyata makanan oops,
lalu monyet-monyet gila itu ternyata makanan momogi dan masih banyak lagi yang
sudah tau jawabannya dan siap untuk dibawa besok hari.
Keesokkan
harinya tiba di sekolah ...
Semua
para peserta didik baru berkumpul seperti kemarin di lapangan sekolah bersama
kakak mentor dan panitianya masing-masing. Lalu mereka berbaris dengan rapi
sesuai arahan mentor atau panitianya dan mereka memberi barang-barang yang
kemarin disuruh bawa ke mentor atau panitianya masing-masing. Lalu saya melihat
ada anak perempuan yang kurus sedang bersedih, ternyata dia tidak membawa salah
satu barang-barang yang disuruh bawa kemarin, dia tidak bawa momogi karena
tidak bisa menebak jadinya dia tidak membawanya, kebetulan saya membawa momogi
lebih lalu saya memberinya satu. Setelah itu kita berkenalan dan dia bernama
Mega. Ternyata kakak mentor dan panitia ini ada yang kelas delapan dan
sembilan, yang kelas Sembilan seperti ka Tari, ka Arni, Ka via dan lain-lain,
sedangkan yang kelas delapan seperti ka Witri, ka Candra, ka Rio dan yang
lainnya. Kelompok saya ketuanya Melvy, teman baru yang pertama kali bertemu di
lapangan kemarin.
Kegiatan
mos ini berlangsung selama satu minggu dengan berbagai macam kegiatan seperti
mendapat arahan dari kepala sekolah dan wakilnya, berlomba-lomba dalam berbagai
macam permainan, dan tidak lupa disuruh bawa barang-barang yang aneh-aneh
setiap harinya, dan masih banyak kegiatan yang seru-seru, menyebalkan dan
mengasyikkan bersama kakak-kakak mentor dan panitia yang membimbing kami semua
(para peserta didik baru).
Tiba
diujung hari terakhir mos tepat pada hari Sabtu, seluruh siswa menginap di
sekolahan selama satu malam. Pada malam harinya pelepasan barang-barang
perlengkapan mos sepeti tas kardus, topi daun, ikat pinggang kaleng dan
lain-lainnya yang dibakar, tepat berada ditengah-tengah lapangan dengan api
unggun yang membara dimalam hari yang sepi dan sejuk. Sekalian pelepasan
kekesalan dari para peserta didik baru kepada kakak mentor atau panitianya yang
kurang baik kepadanya. Ternyata kakak mentor atau panitia kurang baik yang terpilih
adalah ka Via, jadi para peserta didik baru bebas menghukum ka Via dengan
bernyanyi-nyanyi dihadapan kita semua, lalu seluruh kakak mentor dan panitia
meminta maaf satu-persatu kepada para peserta didik baru. Setelah seru-seruan
bersama, kita semua disuruh berkumpul di aula, yang akan menayangkan sebuah
film mengharukan, sehingga semua peserta didik baru menangis tersedu-sedu.
Setelah menonton film tersebut barulah seluruh siswa-siswi disuruh tidur. Yang
perempuan tidur di aula dan yang laki-laki tidur didalam kelas. Pada saat saya
di aula saya tidur bersampingan dengan Afifah, Melvy, dan Mega, mereka
teman-teman baru saya yang selalu membuat suasana menjadi mengasyikkan.
Hari
Senin paginya…
Seluruh
peserta didik baru berkumpul di lapangan bersama kakak kelas yang lainnya dan
para guru yang berada ditepi lapangan, semuanya berbaris dengan sangat rapi.
Disuruh berkumpul ternyata mau upacara sebagai pelepasan mos yang sudah
berlangsung satu minggu kemarin, dengan tambahan menerbangkan balon udara yang
awalnya sudah digantung dekat tiang bendera. Setelah diterbangkannya balon
udara, seluruh siswa bertepuk tangan dengan meriah. Setelah upacara seluruh siswa
disuruh masuk kedalam kelasnya masing-masing .
Tidak
disangka ternyata saya satu kelas bersama Afifah, Melvy, dan Mega yang awalnya
pada saat mos kita mengawali kebersamaan bersama-sama. Karena sekarang satu
kelas sehingga kita menjadi duduk bersama-sama yaitu saya duduk bersama mega,
melvy dan Afifah duduk berdua tepat berada didepan saya. Semenjak itu saya,
Afifah, Melvy, dan Mega menjadi sering bersama-sama.
Tepat
pada tanggal 13 Oktober 2011, kita berempat meresmikan persahabatan kita dan
menamainya dengan sebutan TAMM. TAMM ini adalah kepanjangan dari Tama, Afifah,
Melvy, dan Mega. Sampai-sampai seluruh siswa mengetahui hal ini bahwa kita
berempat bisa dipanggil dengan sebutan TAMM, padahal sebenarnya hanya kita
berempat saja yang mengetahui tentang hal ini, tetapi tidak tahu dari mana
kalau mereka tahu tentang persoalan ini.
Hari
demi hari kita lakukan secara bersama-sama, dari pulang sekolah bareng-bareng,
saat istirahat sekolah jajan bareng-bareng tidak lupa saling berbagi, pada saat
ada tugas kerja kelompok bareng-bareng dan masih banyak lagi hal-hal yang kita
lakukan secara bersama-sama. Sampai-sampai membuat beberapa kelas heboh dengan
keberadaan TAMM, terutama dengan Mega yang paling aktiv berkomunikasi, bercanda
dengan yang lainnya. Kitapun saling bercerita bila ada masalah, selalu ada saja
solusinya. Dari tentang diri sendiri, tentang keluarga, teman-teman, dan bahkan
tentang percintaan yang biasanya disebut cinta monyet. Tidak ada rahasiaan
diantara kita, sehingga kita bisa menjalin hubungan TAMM ini dengan sebaik-baik
mungkin.
Pada
suatu hari, saat istirahat …
Salah
satu dari kita ada yang menangis yaitu Mega entah tidak tahu apa penyebabnya.
Tiba-tiba Melvy menyusul menangis juga, lalu saya pun ikut menangis entah tidak
tahu juga apa penyebabnya tiba-tiba menangis dengan sendirinya, kemudian Afifah
juga ikut menangis. Semua teman bertanya-tanya “kenapa TAMM pada menangis?”
salah satu dari kitapun tidak ada yang menjawab pertanyaan itu, karena masih
menangis dengan tersedu-sedu, sampai berhentipun dengan sendirinya juga. Kita
berempat saling bertanya-tanya “mengapa tadi kita semua menangis ya?”, salah
satu dari kita berpendapat “mungkin apa karna kita semua sudah sehati ya?”,
yang lainnya menjawab, “entahlah, mungkin bisa jadi”, semuanya sambil tertawa
kecil. Setelah itu kitapun berbicara seperti biasanya mengobrol sambil melawak
dengan teman yang lainnya.
Keesokkan
harinya …
Mega
tidak masuk sekolah karena sakit, rasanya TAMM sepi sekali tidak ada Mega hari
ini. Karena biasanya Mega membuat hari-hari kita lebih seru dengan suara
khasnya. Terasa tidak lengkap TAMM tidak ada Mega. Begitupun pada saat tidak
ada Afifah, Melvy dan saya, atau tidak ada salah satu dari kita. Satu kelaspun
merasa kesepian apalagi kita yang teman dekatnya merasa kesepian sekali.
Benar-benar sangat sepi kalau TAMM tidak bersama-sama.
Besok
harinya…
kita
saling berbicara satu sama yang lain didalam kelas, “kalau tidak ada dari salah
satu dari kita rasanya tidak lengkap, tidak seru dan lain-lainnya yang tidak
mengasyikkan”. Masing-masing dari kitapun bisa merasakannya juga, kemudian
kitapun mendapatkan solusinya. Setelah itupun kita seperti semula mebuat
lelucon untuk TAMM maupun teman sekelas yang memerhatikan kita berempat.
Pada
saat ujian…
Saat
ujianpun TAMM satu kelas ruangannya, bahkan tidak disangka, dan tidak sengaja,
ternyata tempat duduk ujian TAMM membentuk inisial T yaitu menandakan TAMM.
Tempat duduknya seperti ini, saya dibagian belakang ujung kanan, Melvy dibagian
belakang ujung kiri, lalu Mega ditengah-tengah saya dan Melvy, tepatnya di
barisan yang tengah dan Afifahpun tepat berada didepan Mega. Sehingga membentuk
inisial T yaitu TAMM. “Luar biasanya TAMM”, perkataan TAMM.
Pada
saat kelas 8…
Pagi
hari yang cerah dan badan yang sehat, mengawali kegiatan belajar mengajar di
kelas 8. “Sekarang TAMM sudah menjadi kakak kelas” percakapan yang diawali oleh
saya, “iya benar ya, tidak terasa satu tahun telah berlalu begitu cepat”, kata
Melvy, sambil melihat-lihat peserta didik baru yang akan menjadi adik kelas,
yang sedang melakukan kegiatan mos. Seperti sebelumnya saya dan teman-teman se-angkatan
mengawali Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan kegiatan mos seperti adik-adik
baru ini yang sekarang giliran mereka yang sedang mengikuti kegiatan mos.
Sebelum
dibagikan kelas, seluruh siswa-siswi disuruh berkumpul dilapangan yang akan
mengadakan upacara, yang seperti biasa Hari Senin pagi melakukan kegiatan
upacara untuk setiap siswa dan para guru. Upacara ini tentang para peserta
didik baru yang mengawali mosnya. Setelah upacara saya dan teman-teman menuju
ruang kelas, diperjalanan menuju ruang kelas TAMM berdo’a, “berharap
mudah-mudahan TAMM sekelas lagi ya, aamiin”.
Sesampai
didepan kelas, ternyata terdapat kertas putih yang menempel disetiap kelas.
TAMM mencari namanya masing-masing memulai dari kelas 8.1, yang ternyata ada
nama saya, Afifah, Melvy dan Mega. Alhamdulillah do’a kita terkabul. Lalu kita
melihat lagi kertas yang berada di jendela kelas 8.1 berisi nama-nama dan
nilainya juga yang sudah dipilih masuk ke kelas 8.1 . Ada tiga puluh dua siswa
dan siswi yang terdiri dari gabungan sebagian kelas 7.1 dan 7.2 saat di kelas
tujuh tahun kemarin. Setelah melihat-lihat kertas yang terdapat di jendela,
TAMM langsung memasuki kelas barunya yaitu kelas 8.1. Lalu kita duduk seperti
biasa di kelas tujuh kemarin yaitu TAMM duduk bersama-sama. Kali ini berubah
tempat duduknya yaitu saya duduk bersama Melvy, Afifah dan Mega duduk berdua
tepat di belakang saya dan Melvy.
Hari-hari
berikutnya…
Hari
demi hari, belakangan ini Mega sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan yang
jelas, sudah hampir sepuluh kali Mega tidak ada keterangannya. Bahkan ada
laporan dari kepala sekolah, kalau Mega sudah sepuluh kali tidak masuk sekolah
tanpa keterangan, dia bisa dikeluarin dari sekolah ini. Betapa sedihnya saya,
Afifah dan Melvy mendengar itu, “mudah-mudahan tidak terjadi”, do’a saya.
“Aamiin” balas Afifah dan Melvy. Lalu kami mencari tahu kabar tentang Mega ke
rumahnya, lalu kami bercakap-cakap tentang keberadaan di sekolah dan tentang
absennya Mega yang sudah alfa hampir sepuluh hari, Mega sempat tidak menyangka,
padahal Mega sedang sakit tapi dia tidak memberi tahu pihak sekolah maupun ke
saya, Afifah dan Melvy. Itulah penyebannya Mega tidak hadir kesekolah
belakangan ini karena sakit yang berhari-hari.
Tiba
saat suatu hari…
Mega
kembali masuk ke sekolah, suasana di sekolah menjadi aneh dengan keberadaannya.
Megapun merasa kesepian, merasa semua teman sekelasnya pada menjauhinya. Bahkan
saya, Afifah dan Melvy tidak menemaninya. Afifahpun menjadi duduk bersama
Hanun, jadi Mega duduk sendiri dibelakang. Ternyata satu kelas telah sepakat
bahwa mau mengerjain Mega, yaitu saat Mega masuk, kami semua sepakat menjauhi
Mega selama satu hari. Setelah itupun kita sepakat seperti semula kembali di
kelas tujuh yaitu mengobrol, seru-seruan bersamanya. Seharian telah berlalu,
saya, Afifah dan Melvy melihat Mega dari kejauhan yang merasa sangat kesepian
sekali. Lalu saya, Afifah dan Melvy berharap Mega memaafkan kita semua yang
telah membuat Mega hari ini merasa kesepian, padahal hari ini pertama kalinya
Mega masuk kembali ke sekolah ini, yang sebelumnya tidak ada kabar dari Mega
selama berhari-hari.
Keesokkan
harinya …
Mega
tidak masuk ke sekolah. Begitupula
hari-hari berikutnya, Mega tidak pernah masuk lagi ke sekolah. Satu
kelas menjadi merasa bersalah sama Mega karna telah mengerjainnya selama satu
hari itu, padahal hanya sehari tetapi sepertinya Mega tidak mau sekolah disini
lagi. Mendapat kabar dari kepala sekolah, ternyata Mega pindah sekolah ke
tempat yang dekat dari rumahnya. Saya. Afifah, dan Melvy bersedih sekali Mega
memilih pindah sekolah, kamipun sangat merasa bersalah sekali sama Mega yang
nama panjangnya Mega Fadhilah. Satu kelaspun merasa sedih Mega sudah tidak
bersekolah disini lagi, apalagi ditambah Mega pindah dari sekolah bisa jadi
karena habis di kerjain satu kelas, kamipun bener-bener sangat bersalah.
Hari
demi hari yang telah berlalu…
Saya,
Afifah dan Melvy masih merasa kesepian tidak ada Mega di sekolah ini. Lalu saya
dan Afifah mendatangi rumahnya Mega hampir setiap minggunya. Sambil
berbincang-bincang, ternyata memang benar Mega pindah sekolah karena dikerjain
satu kelas jadinya dia memilih untuk pindah sekolah. Tidak lupa amanat dari
teman-teman untuk memohon maaf sama Mega yang sudah membuat Mega sedih. Yang
paling sedih adalah saya, Afifah dan Melvy serasa mau mengulang kembali
kejadian itu tetapi tidak bisa, kita membuat kesalahan yang fatal, sangat
menyesal sekali karena telah membuat Mega menjadi sedih dan akhirnya dia
memilih untuk pindah sekolah. Tidak lupa Kita (saya, Afifah dan Melvy) meminta
maaf yang sebesar-besarnya kepada Mega Fadhilah, yaitu sahabat terbaik. Lalu
Mega berbicara, “yasudahlah, yang lalu biarlah berlalu”. Lama-kelamaan kitapun
mulai terbiasa tanpa adanya Mega.
Komentar
Posting Komentar