Laporan hasil praktikum Botani

Assalamu'alaikum pembaca :)
ini dia semoga bermanfaat :)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Botani tumbuhan rendah merupakan disiplin ilmu yang mengkaji berbagai  jenis tumbuhan berupa tallus, tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Dalam dunia botani tumbuhan rendah dikenal berbagai divisi yang termasuk kedalam tumbuhan rendah antara lain : Schyzophyta(tumbuhan belah), Thallophyta(tumbuhan tahlus),  Bryophyta (tumbuhan lumut),  Pteridophyta(tumbuhan paku).

Tumbuhan nonvaskuler –lumut daun, lumut hati, dan lumut tanduk-dikelompokkan bersama dalam satu divisi tunggal, Bryophtya(Bahasa Yunani  bryon, “lumut”). Bryophyta kebanyakan hidup di darat dan sel-selnya telah mempunyai dinding yang terdiri atas selulosa.

Pteridophyta merupakan suatu golongan tumbuhan yang  mempunyai daur perkembangan dengan pergiliran keturunan yang beraturan.  Tumbuhan ini juga banyak ditemukan di darat, biasanya juga menempel pada substrat.

Fungi hidup sebagai saprofit atau parasit, ada yang dalam air, tetapi lebih banyak yang hidup didaratan. Sedangkan di dalam laut jarang sekali didapatkan. Kebanyakan jamur yang hidup saprofit dapat dipelihara pada substrat buatan.

Dengan demikian  untuk lebih mengetahui secara langsung ciri morfologi, struktur tubuh dan kondisi lingkungan habitat dari berbagai  jenis tumbuhan tingkat rendah yang dimaksud,  khususnya jenis tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan jamur, maka dilakukanlah praktikum lapangan untuk mengamati langsung spesimen yang dimaksud.

B. TUJUAN  PRAKTIKUM

Melalui  kegiatan praktikum lapangan, para  mahasiswa diharapkan untuk:

Menjelaskan struktur tubuh dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Fungi yang ditemukan.
Menjelaskan habitat/ substrat tempat melekat dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Fungi yang ditemukan.
Menjelaskan tekstur dan permukaan dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Fungi yang ditemukan.
Menjelaskan warna/ pigmen dari Bryophyta, Pteridophyta, dan fungi yang ditemukan.
Menuliskan klasifikasi dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Fungi yang ditemukan.
C.  WAKTU  DAN  TEMPAT

Hari/ Tanggal:  Sabtu / 21 Januari 2007

Waktu            :  Pukul 10.00 WITA sampai selesai

Tempat          :  Taman Wisata Alam Gua Pattunuang Maros.

Sulawesi Selatan.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan paku merupakan komponen vegetasi yang lebih menonjol dari pada lumut, walaupun kelompok tersebut jumlah jenisnya jauh lebih besar (sekitar 20.000 jenis). Diduga tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang menghuni daratan bumi. Fosilnya dijumpai pada batu-batuan zaman Karbon, yaitu kira-kira 345 juta tahun yang lalu. Tumbuhan paku ada yang hidup di air (hidrofit), hidup di tempat lembab (higrofit), hidup menempel pada tumbuhan lain (epifit), dan ada yang hidup pada sisa-sisa tumbuhan lain atau sampah-sampah (saprofit).

Paku tersebar di seluruh dunia, tetapi terbanyak di daerah tropic lembab. Kebanyakan paku memiliki perawakan yang khas, sehingga tidak mudah keliru dengan macam tumbuhan lain. Sebagian dari kekhasan itu adalah adanya daun muda yang bergelung  yang akan membuka jika dewasa, cirri yang hamper unik ini disebut vernasi bergelung. Ukuran dan bentuk paku sangat bervariasi yang berkisar dari paku pohon yang dapat mencapai tinggi sekitar 5 meter sampai paku mini berlapis tipis yang daunnya hanya selapis sel dan sering tertukar dengan lumut (Loveless, 1989).

Fungi adalah heterotrof  yang mendapatkan nutriennya melalui penyerapan (absorption). Dalam cara nutrisi ini, molekul-molekul organic kecil  diserap dari mdium sekitarnya. Fungi akan mencerna makanan di luar tubuhnya dengan cara mensekresikan enzim-enzim hidrolitik yang sangat ampuh pada ke dalam makanan tersebut. Enzim-enzim itu akan menguraikan molekul kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana yang dapat diserap dan digunakan oleh fungi (Campbell, 1999).

Menurut Tjitrosomo(1990), Thallophyta yang tidak berklorofil dapat dibedakan atas:

Phylum Schizomycophyta (bakteri)
Phylum Myxomycophyta (jamur lendir)
Phylum Eumycophyta (jamur benar)
Phylum Eumycophyta terbagi atas 4 class, yaitu:

Class Phycomycetes (jamur ganggang)
Class Ascomycetes
Class Deuteromycetes atau fungi imperfecti (jamur tak sempurna)
Class Basidiomycetes.
Bryophyta adalah tumbuhan darat berklorofil yang tumbuh di tempat-tempat lembab. Tumbuhan lumut mempunyai pergiliran generasi dari sporofit diploid dengan gametofit yang haploid. Meskipun sporofit secara morfologi dapat dibedakan dari gametofit (heteromorf),  tetapi sporofit ini tidak pernah merupakan tumbuhan mandiri  yang hidup bebas. Sporofit tumbuhnya selalu dalam ikatan dengan gametofit, yang berupa tumbuhan mandiri, menyediakan nutrisi bagi sporofit. Pada lumut, gametofitlah yang dominan. Beberapa tumbuhan lumut masih mempunyai  talus, tidak mempunyai akar, batang, dan daun. Bryophyta yang dapat dibedakan batang, dan daunnya, belum mempunyai akar sejati, hanya ada rhizoid (Birsyam, 2004).

Menurut Gembong (1989),  tumbuhan lumut (Bryophyta) dibedakan dalam dua kelas dengan cirri-ciri yang jelas yaitu:

Hepaticae (lumut hati)
Musci (lumut daun)
Kedua kelas itu berbeda dalam bentuk susunan tubuhnya dan perkembangan gametangium serta sporogoniumnya. Keduanya selalu berwarna hijau, autotrof dan sebagai hasil asimilasi telah terdapat zat tepung.

Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase utama: gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofitnya dinamakan protalus(prothallus) atau protalium(prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil yang berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar(tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab. Dari prothallium berkembang anteredium(antheredium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin  jantan) dan arkegonium(archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang dibuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru(Anonim, 2006).



BAB III

METODE PRAKTIKUM


A. ALAT DAN BAHAN

a. Alat
Kamera digital/ tustel
Termometer
Soil tester
Higrometer
Vakum box
Altimeter
Kertas latar
Alat tulis-menulis
Kantung plastic
Cutter
Label gantung
Buku cetak BTR

b. Bahan
1. Pogonatum cirrhatum                  4.   Nephrolevis cardifolia
2. Salaginella caudata                       5.   Polyporus sp
3. Davallia denticulate                        6.  Blechnum patersonii


B. PROSEDUR KERJA

Persiapan :

Menyiapkan alat yang diperlukan saat praktikum dan memastikan bahwa peralatan yang digunakan masih berfungsi normal.

Menguasai cara penggunaan alat.

Mendengarkan instruksi dan arahan dari asisten / dosen pendamping.
Pengambilan spesimen

Berjalan ke lokasi pengambilan specimen dengan hati-hati secara berkelompok dengan didampingi oleh asisten pendamping yang telah ditetapkan.

Mengamati specimen yang ditemukan dan mencatat ciri-cirinya. (meliputi: suhu, pH tanah dan kelembapan, kelembapan udara, ketinggian tempat, habitat, habitus/ perawakan) dengan cermat serta mencatat namanya.

Mengambil gambar specimen dengan kamera yang ditemukan pada tempat melekatnya atau substrat.

Memberi label tertentu dan mencatat ciri-cirinya pada specimen yang tidak diketahui namanya.

Memasukkan specimen seperti jamur, lumut ke dalam vacuum box, dan tumbuhan paku ke dalam kantung plastik.




Pengidentifikasian:

Mengumpulkan semua specimen yang ditemukan.

Membuka  buku/ atlas/ gambar tumbuhan paku, lumut, dan jamur yang dimiliki, kemudian  mencocokkan dengan specimen yang ditemukan untuk identifikasi nama.

Spesimen yang telah teridentifikasi nama spesiesnya, kemudian  segera menyusun klasifikasinya.



BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENGAMATAN

1. Selaginella caudata

 Klasifikasi:                                                 Suhu                    : 25oC

Regnum   : Plantae                                 Kelembaban      : 98 hg/mm

Divisi      : Pteridophyta                         Habitat              : Tanah

Classis    : Lycopodiacea

Ordo       : Selaginellales

Family    : Selaginellaceae

Genus    : Selaginella

Spesies  : Selaginella caudata

(Gembong,1989)



2.Polyporus sp.

Klasifikasi:

Regnum  : Plantae                              Suhu                : 24oC

Divisi     : Thallophyta                       Kelembaban     : 93 hg/mm

Classis   : Eumyocetes                        Habitat            : Batang kayu

Ordo     : Hymenomycetales

Family  : Polyporaceae

Genus   : Polyporus

Spesies  : Polyporus sp

(Gembong,1989)



3.Davallia denticulata

Klasifikasi:

Regnum  : Plantae                       Suhu                       : 25 oC

Divisi    : Pteridophyta                Kelembaban           : 95 hg/mm

Classis  : Filicinae                      Habitat                    : Bebatuan

Ordo     : Marattiales

Family  : Polipodiaceae

Genus   : Davallia

Spesies  : Davallia denticulata

(Gembong,1989)



4.Pogonatum cirrhatum

Klasifikasi:

Regnum : Plantae                                   Suhu                        : 27oC

Divisi     : Bryophyta                             Kelembaban              : 91 hg/mm

Classis    : Musci                                    Habitat                     : Bebatuan

Ordo       : Bryales

Family   : Polytrichaceae

Genus    : Pogonatum

Spesies  : Pogonatum cirrhatum

(Gembong,1989)



5.Nephrolepis cordifolia

Klasifikasi:

Regnum  : Plantae                        Suhu                : 28oC

Divisi      : Pteridophyta               Kelebamban    : 91 hg/mm

Classis     : Filicinae                    Habitat             : Epifit pada batu

Ordo        : Marattiales

Family     : Polypodiaceae

Genus      : Nephrolepis

Spesies    : Nephrolepis cordifolia

(Gembong, 1989)


6.Blechnum patersonii

Klasifikasi:

Regnum  : Plantae                                      Suhu                   :   28oC

Divisi      : Pteridophyta                             Kelembaban       : 91 hg/mm       Classis     : Filicinae                                  Habitat                        :   Epifit pada

Ordo        : Maratiales                                                              pohon

Family     : Polypodiaceae

Genus      : Blechnum

Spesies    : Blechnum patersonii

(Gembong,1989)


B. PEMBAHASAN

1 . Polyporus sp.

Tubuh buah merupakan suatu kipas yang berupa setengah lingkaran. Dimana himenoforanya berupa buluh-buluh yang mereyerupai suatu lubang dimana sisi dalam lubang-lubang itu dilapisi himenium. Tubuh buah jamur itu dapat berumur beberapa tahun dengan beberapa kali membentuk lapisan-lapisan himenofera baru. Sebagian dari spesies ini hidup  sebagai saprofit. Dimana habitatnya banyak terdapat pada kayu yang lapuk. Basidium yang dimilikinya  terkumpul berupa kumpulan himen.

Apabila himeniumnya terbuka atau masak maka ia kebanyakan terdapat di atas tubuh buah atau disebut juga dengan gimnoka. Sel-sel yang letaknya paling ujung akan membentuk suatu kait yang disebut gesper. Dalam himenium tubuh buah tersebut disamping terdapat basidium juga terdapat  hifa yang sifatnya  steril yang memiliki  sepasang inti yang telah mengalami degenerasi seperti pada badan buah ascomycetes atau juga dinamakan parafisis.

2.  Selaginella caudata

Salaginella memiliki batang berbaring dan sebagian berdiri tegak, bercabang-cabang menggarpu dan tidak meperlihatkan pertumbuan sekunder.  Dimana ia memiliki akar-akar yang keluar dari bagian-bagian batang yang tidak  memiliki daun dan  dinamakan pendukung akar.  Habitatnya pada tanah atau ia dapat epifit pada bebatuan.

Memiliki protalium yang amat kecil yang merupakan suatu bulir tunggal atau bercabang, biasanya berbentuk  radial jarang sekali dorsiventral.  Sporangium membuka dengan  mekaisem kohesi dan telah mengikuti garis yang telah ditentukan. Dengan membukanya sporangium maka spora akan  terlempar keluar spora dan sporangium akan mengalami perkembangan membentuik protalium. Dimana dalam setiap protalium hanya terdapat satu anteredium saja yang terletak dipusat. Anteredium ini  yang akan mebelah lagi membentuk sel-sel yang membulat yang disebut sel-sel induk spermatozoid.

Protalium betina tidak mengalami reduksi perkembangan. Protalium betina berkembang dalam makrospora dimana inti spora akan  membelah secara bebas dan tersebar dalam plasma pada bagian atas spora, dimana pada akhirnya dinding makrospora akan pecah dan protalium yang terdiri atas sel-sel kecil yang tidak berwarna tersembul keluar dan membentuk tiga rizoid pada tiga tempat setelah satu atau bebrapa arkegonium dibuahi, mulailah perkembangan embrionya yang dimana  biasanya  embrio ini bersifat endoskopik.


3. Davallia denticulata

Davallia biasanya terdapat pada daerah palaetropis, memiliki sorus yang  bulat atau memanjang, dimana sorus ini  terletakt pada sisi bawah duan, atau disepanjang tepi daun,  dan terpisah-pisah. Indisium dari Davallia denticulate ini terdapat pada pangkal dan kanan kiri spesies ini. Dimana indusium  berlekatan pada permukaan daun  sehingga bentuknya kurang lebih seperti piala dan terbuka pada arah ketepi daun. Memiliki  daun menyirip ganda dua atau lebih dengan urat-urat yang bebas. Rimpangnya merayap dan memperlihatkan batang yang nyata. Spesiens ini merupakan epifit dan termasuk paku tanah yang isospor

Sporangium  pada sisi bawah daun, mempunyai dinding yang tebal tidak mempunyai cincin atau annulus membuka dengan satu celah atau liang, dalam satu sorus sporangium sering berlekatan.

4.    Pogonatum cirrhatum

Memiliki kapsul spora yang telah mencapai differensiasi yang paling mendalam. Dimana kapsul spora ini memiliki dinding kapsul di bagian atas yang tersusun berupa tutup atau  disebut operculum.  Lumut ini berupa tumbuhan darat, habitatnya pada daerah yang lembab dan biasanya melekat pada bebatuan. Memiliki talus yang bersimetri radial. Memiliki kaliptra yang berasal dari bagian atas dinding arkegonium dimana sel-sel yang menyusun kaliptra ini merupakan sel-sel diploid  akan tetapi terdiri atas sel-sel gametofit yang haploid.  Mengalami fase sporofit dan gametofit dengan  fase gametofit berupa tumbuhan yang tegak, terdiri atas batang, daun yang tebalnya satu lapis sel dan umumnya berurat daun tengah, dimana rhizoidnya bercabang dan bersepta. Anteredium dan arkegoniumnya dibentuk pada pucuk gametofit di antara daun-daun.  Sedangkan fase sporofitnya sangat berbeda dengan fase gametofitnya. Sporofit yang biasanya juga disebut sporogonium, hidup sebagai parasit pada gametofitnya dimana perkembangan sporofitnyan berakhir dengan terjadinya pembelahan reduksi  yaitu pembentukan spora.

5.  Nephrolepis cordifolia

Paku  ini  berasal dari golongan paku yang terbesar dimana ia memiliki  sorus bulat atau garis pada sisi bawah daun, sepanjang tepi atau agak jauh sejajar dengan tepi itu. Indisiun sesuai dengan bentuk sorus. Daun yang mati ter;lepas dari rimpang, panjang, relative sempit, menyirip dan sampai lama tetap tumbuh memanjang, mempunyai hidatoda pada sisi atas daun. Rimpang berdiri tegak dan sering ditunjang oleh akar-akar, kadang-kadang mengeluarkan cabang-cabang. Kebanyakan tumbuh di daerah tropic. Sporangium kadang-kadang sampai menutupi seluruh permukaan daun yang fertil. Sporangium bertangkai dengan annulus vertika, tidak semputrana, jika massak, pecah dengan celah melintang.  Tersebar diseluruh dunia, kebanyakan di daerah tropoka, berupa tumbuhan darat. Habitatnya ditemukan  epifit pada bebatuan dengan tingkat kelembaban sekitar 28 oC.


6.  Blechnum patersonii

Memiliki daun yang agak lebar dengan sorus yang berbentuk garis pada bagian sisi bawah daun. Kadang – kadang sepanjang tepi, seluruh sisi bawah kecuali  pada bagian ibu tulang daun. Ada indusium berasal dari tepi daun itu. Daun tidak terputus dari  rimpang , berbagi menyirip. Habiitatnya biasa epifit pada batang pohon besar atau bebatuan yang lembab. Alat reproduksinya berupa aseksual dan seksual, dimnana aseksualnya dengan pembentukan spora dan seksualnya dengan cara oogami.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Polyporus sp.
Tubuh buah berupa suatu kipas, himenofora merupakn buluh-buluh pori yang dilihat dari luar berupa lubang-lubang. Habitatnya pada tanah berserasah dengan habitat pada daerah yang lembab dibawah pepohonan. Berwarna cream, berbentuk seperti payung. Polyporus ini berasal dari  salah satu kelas dari Thallophyta yaitu  kelas eumyocetes.

2.Pogonatum cirrathum
Memiliki kapsul spora yang telah mencapai differensiasi yang paling mendalam. Dimana kapsul spora ini memiliki dinding kapsul di bagian atas yang tersusun berupa tutup atau  disebut operculum.  Lumut ini berupa tumbuhan darat, habitatnya pada daerah yang lembab dan biasanya melekat pada bebatuan. Memiliki pigmen warna hijau. Merupakan spesies dari kelas musci yang berasal dari division bryophyta.


3. Sellaginela caudata
Salaginella mempunyai batang berbaring dan sebagian berdiri tegak, bercabang-cabang menggarpu ansiotom dan tidak meperlihatkan pertumbuan sekunder pada batang terdapat daun –daun kecil yang tersusun dalam garis spiral. Pada bagian sisi atas daun terdapat suatu sisik yang dinamakan lidah-lidah atau ligula. Berpigmen hijau daun(klorofil) dengan habitatnya pada tanah, merupakan salahsatu spesies yang berasal dari kelas lycopodiacea yang merupakan salahsatu kelas dari pteridophyta.

4. Davalia denticulate
Davallia memiliki sorus bulat atau memanjang, terdapat pada sisi bawah duan, daun menyirip ganda dua atau lebih dengan urat-uerat yang bebas. Rimpang merayap dengan ruas-ruas yang panjang bersisik rapat dan sisiknya berwarna pirang, dan memperluhatkan batang yang nyata. Habitatnya melekat pada bebatuan dengan pigmen warna hijau(klorofil). Spesies ini berasal dari divisi pteridophyta dan berasal dari kelas filicinae.

5. Blechnum patersonii
Daunnya tidak terputus dari rimpang, berbagi menyirip dan sorusnya berbentuk garis pada sisi bawah daun  dan kadang-kadang sepanjang tepi daunnya. Habitatnya epifit pada batang pohon besar atau bebatuan yang lembab. Memiliki pigmen berwarna hijau(berklorofil). Merupakan anggota dari kelas fillicinae yang merupakan salahsatu kelas dari divisi teridopphtya.

6. Nephrolepis cordivolia
Sorus bulat atau garis pada sisi bawah daun, sepanjang tepi atau agak jauh sejajar dengan tepi itu. Rimpang berdiri tegak dan sering ditunjang oleh akar-akar, kadang-kadang mengeluarkan cabang-cabang. Habitatnya melekat  pada bebatuan Berwarna hijau(klorofil), merupakan spesies division pteridophyta dan berasal  dari kelas filicinae.



Cukup sekian dan terima kasih ^^
Wassalam :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ceramah Pentingnya Shalat

Dick Gelael